Melangitkan doa diam-diam

Berderu
2 min readApr 18, 2024

--

Awa 02 |

Mungkin ada hari dimana jatuh cinta semenyenangkan itu, pun saat yang sama rasa ikhlas juga sekuat itu.

Seolah pertanda, ada harga yang harus dibayar dari jatuh cinta.

Dua tahun menjadi begitu sebentar saat rasa rindu itu ditepis tiap minggu.

Mungkin bukan pertama penolakan muncul. Namun untuk kali ini, kenapa harus kembali?Kenapa harus rasa ikhlas itu diwujudkan kembali?

Tiap tahun yang ku dengar dari lisan mu hanya dia dan dia.

Ingin berkata, “kenapa bukan diri ini yang layak untuk dapat cintamu?” Tapi dalam sekejap ucapan itu tak perlu dijawab, barangkali pertanda bahwa ada sosok yang lain yang layak.

Berandai-andai kau masa depanku layaknya memang perandaian yang hanya mampu ku curahkan pada Tuhan.

Tuhan tidak mungkin kejam untuk hal ini. Terlebih Tuhan gerakkan hatiku untuk mendoakanmu dengannya yang engkau cintai itu.

Kau pikir aku baik-baik saja saat kau bercerita tentang dia? Kenapa harus ada orang lain dalam cerita kita yang bahkan belum sempat dirangkai.

Dua tahun terasa begitu cepat, tak terasa sebab seringnya ku jumpai tempat yang kau sarankan itu dan seringnya ku adukan kau pada Tuhan, setidaknya jika tidak bisa bersatu, beri ridho untuk bertemu orang yang sama atau bahkan lebih dari mu.

Jatuh cinta terasa sesulit ini disaat kata ‘sadar diri’ terus-terusan aku gaungkan pada diri. Bagaimana pun anganku akan kalah jika sosok itu yang kau inginkan.

Melihat kau tumbuh dengan baik dari jauh rasanya sudah cukup baik bagiku. Bagaimana pun, lewat kau Allah kenalkan aku dunia itu.

Jakarta tidak semenyeramkan itu disaat ku telusuri tempat yang kau beri tunjuk. Bagaimana sudut blok m menjadi tempat jatuh cinta dalam diam, dan diam-diam pun selalu ku kagumi kau di setiap langkahku.

— — —

Jakarta,

14 April 2024.

--

--