Sajak Tulus

Berderu
2 min readAug 21, 2023

--

Bintang 25 |

Angka dua-lima sudah cukup besar untuk menggambarkan bahwa chapter ini sudah lebih banyak daripada usia tahun kita. Terlebih, lebih besar daripada lamanya tahun kita pernah disatu momen.

Senyumku kini mungkin sudah lebih besar dan sudah lebih tulus, sembari menjalani hidup dan menjawab pertanyaan kecil hingga besar yang selalu bermunculan satu per satu dalam diam.

Dalam diam, Allah bantu aku untuk menyusun konsonan kata untuk membuat semua pertanyaanku menjadi hal yang wajar.

Berharap kau kembali pun tidak terlalu penting untukku. Walaupun dari lubuk hati paling dalam, ada secerca keinginan untuk kau kembali padaku. Tapi apa perlu sampai harus begitu? Rasaku tidak.

Kau sudah lebih baik tanpaku dan barangkali hal itu hampir setiap hari kau doakan dalam sujudmu. Menjadi sosok yang paling ku senangi pada masanya barangkali adalah momok yang paling penyebalkan dalam hidupmu. Kalau ku pikir-pikirpun, aku memang sosok yang menjengkelkan kepadamu. Kalau ku berandai-randai kita tukar posisi, barangkali kau sedang menikmati masa kejayaanmu saat ini — tanpaku.

Aku tidak lagi membohongi diri sendiri terkait kata ‘rindu’, ‘ikhlas’, atau segala macamnya yang berkaitan denganmu.

Ya tentu, aku rindu.
Ya tentu, aku sulit ikhlas.

Tapi, bukan itu persoalannya. Hidup dan masa depan bukan tentang bagaimana cara kita harus bertemu kembali. Atau lebih ekstremnya, tentu bukan tentang cara kita harus berjodoh.

Wanita itu lagi-lagi muncul dalam obrolan kawan terdekatmu. Aku tak bisa menilai sedekat apa kalian sampai wanita itu masih saja muncul dalam obloran kawan terdekatmu.

Aku tidak pernah berupaya merebut karna dari awal pun kau juga tak pernah mendeklarasikan hubunganmu dengan wanita itu. Pun, aku juga tak pernah kau beri pengertian siapa wanita itu.

Tapi semua berubah sejak aku paham bagaimana caramu menjawab suatu kebenaran. Entah siapa wanita itu dimata mu, kini aku tak peduli. Bukan wanita ini yang menjadi objek yang harus ku ributkan dan bukan kau juga satu-satunya orang yang harus menjadi imamku.

Memahami bahwa sesungguhnya hidup adalah tentang meng-hamba kepada Allah SWT menyadarkanku bahwa hal ini adalah suatu perjuangan.

Perjuanganku bukan lagi tentang bagaimana kau harus berada disampingku, bukan lagi tentang bagaimana momen masa lalu harus kita ukir kembali, dan bukan lagi tentang bagaimana usahaku untuk bisa ‘setara’ denganmu.

Kalau ‘wanita itu’ bisa membuatmu merasa lebih dekat dengan surga, apa salahnya? Kenapa harus aku paksakan kita bersama jika justru ‘wanita itu’ yang mampu membuatmu merasa surga lebih dekat dengannya. Aku juga berharap pahala yang terus mengalir kepadaku dengan membiarkanmu bersamanya untuk mencari ridho Allah. Wallahu’alam bishshawab.

Ini tentang perjuangan, bukan sekadar cerita tentang pasrah. Ini adalah hal yang harus diusahakan. Berjuang hingga suatu saat Allah beri aku kemampuan untuk memamerkan kepada-Nya seorang bahwa aku mampu untuk mencintai-Nya dengan tulus. Aku merelakanmu dengan ikhlas semata-mata sebagai pembuktian bahwa cintaku pada Allah zat Yang Maha Besar lebih besar daripada rasaku yang pernah ada untukmu. Insha Allah, Allah beri sedikit kekuatannya yang besar itu untukku.

Innal hamda wanni’mata laka walmulkala syarikalak

Semoga Allah mampukan aku berjihad dengan hal yang barangkali biasa saja dimata orang-orang, termasuk orang sepertimu.

Jakarta,
21 Agustus 2023
19:46 GMT+7

--

--